Minggu, 10 Juli 2011

Mikhail Khodorkovsky, Raja Minyak Negeri Beruang Merah

Berawal sebagai aktivis Partai Komunis Soviet, Mikhail Khodorkovsky loncat menjadi pedagang software dan hardware komputer. Dari bisnis ini, ia mampu membangun Bank Menatep dan membeli saham perusahaan minyak Yukos. Khodorkovsky sukses membawa Yukos menjadi perusahaan minyak dengan aset terbesar di Rusia. Majalah Forbes menempatkan pria ini sebagai orang terkaya ke-16 di dunia dengan total harta kekayaan mencapai sekitar US$ 15,2 miliar.

Mikhail-KMikhail Khodorkovsky lahir pada 1963 di Moskow, Rusia. Sebagai anak buruh pabrik, kehidupannya jauh dari kemewahan. Ia tinggal di apartemen sederhana bersama kedua orang tuanya.

Hasratnya dalam bidang ekonomi mulai terbentuk saat ia belajar ilmu ekonomi di Mendeleeva Chemical Technical Institute. Khodorkovsky juga menjadi partisipan aktif dalam liga pemuda komunis, Kommosol. Walau begitu, dia menolak bekerja dalam sistem komunis.

Oleh karena itu, pada 1987, Khodorkovsky membuka perusahaan kecil-kecilan yang merancang perangkat lunak (software) dan menjual perangkat keras (hardware) komputer. Berkat kegigihannya berusaha dan ketekunannya berbisnis, dalam beberapa tahun saja ia berhasil membangun perusahaan kecil itu menjadi perusahaan besar dengan omzet lebih dari US$ 10 juta per tahun.

Khodorkovsky kemudian membeli lisensi perbankan dan membangun Bank Menatep, bank swasta pertama di Negeri Beruang Merah. Dana pihak ketiga yang tertanam di deposito Bank Menatep oleh Khodorkovsky dipakai untuk melakukan ekspansi ke bisnis ekspor impor.

Kepiawaian dalam membangun relasi menjadi modal utama. Dengan kepintarannya itu, Khodorkovsky mampu memengaruhi banyak orang kaya dan berkuasa di Rusia. Itu sebabnya, ia memenangkan banyak proyek dari negara-negara pecahan Uni Soviet.

Tapi, kiprah bisnisnya di perbankan banyak menimbulkan kontroversi. Setelah dua tahun beroperasi, banyak rumor bermunculan yang menyebut Bank Menatep sebenarnya tidak ada. Kabar yang berkembang, Khodorkovsky hanya memiliki akta siluman yang diciptakan untuk membeli obligasi negara.

Untuk membantah rumor tersebut, Khodorkovsky lantas mengajukan penawaran untuk mengakuisisi Yukos, perusahaan minyak di Rusia. Sumber pembiayaan akuisisi ini berasal dari Bank Menatep. Bank Menatep mengeluarkan kocek sebesar US$ 350 juta untuk memborong 78% saham Yukos. Publik Rusia pun dibuat berdecak kagum ketika dua tahun kemudian nilai aset Yukos mencapai US$ 9 miliar.

Khodorkovsky juga membuat gebrakan lain. Untuk kali pertama dalam sejarah Rusia, kepemilikan perusahaannya diumumkan ke khalayak ramai secara rinci. Yukos juga memakai sistem akuntansi berstandar internasional atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Semua pajak dibayar dan mengumumkan jumlah dividen.

Langkah ini menjadi terobosan baru di Rusia. Sebab, pada saat itu, banyak perusahaan minyak yang tidak mampu membayar pajak. Dengan keterbukaan itu, Khodorkovsky berharap bisa menggandeng investor asing.

Namun, langkah Khodorkovsky tidak selalu tepat. Pembatalan kerja sama dengan Amoco dalam proyek lapangan minyak Priobskoye di Siberia bagian barat membuatnya rugi. Padahal, Priobskoye diperkirakan mengandung minyak lebih dari 3,5 miliar barel. Akibat pembatalan kongsi itu, ia merugi US$ 300 juta.

Pada April 2003, Yukos mengumumkan rencana merger dengan Sibfnet. Penggabungan usaha ini akan menciptakan raksasa minyak dunia setelah ExxonMobil. Perusahaan patungan tersebut diharapkan mampu memompa 2,3 juta barel minyak mentah per hari.

Tak lama setelah pengumuman, tepatnya 25 Oktober 2003, bapak empat anak ini ditangkap di Bandara Siberia. Ia dituduh melakukan penghindaran pajak sehingga pemerintah Rusia membekukan seluruh saham perusahaannya. Tapi, banyak pengamat percaya tuduhan ini datang dari pesaingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar